Home Foto Teater Teater Bali
Kami menerima Naskah, Komentar, Tulisan, Artikel dan sejenisnya. Silahkan kirim ke tomo_orok@hotmail.com
Google

Tulisan MIRA PARAMITHA PUTRI

Selasa, 29 September 2009

>> Karya-karya Mira Paramitha Putri <<

hari ini saya belum kentut
belum pret

hari ini orang-orang pasti menyesal
menyesal yang sangat dalam

menyesali mengapa mereka tidak dapat
menikmati kentut yang biasanya saya hembuskan
baik secara langsung, maupun secara paksa

saya selalu berpikir
ya iya iya
kalau saya brenti mikir.
mampus dong
metong dong
gimenong sich yey

saya pikir, kenapa oh kenapa kentut saya bau?
apa karna dosa saya dikandung badan sampe busuk?
apa musti tobat dulu baru kentut saya wangi?

ah saya yakin seyakin-yakinnya SBY memerintah negeri ini
yakin kalau kentut para ulama itu juga pasti bau
sayang, saya ga bisa pastikan apa nabi itu juga kentut
dan jikalah iya, maka apakah itu bau?

saya juga yakin.
yakin ini akibat persahabatan angin dengan pup yang belum saya tabung ke banKloset. yang bikin angin dan pup merajalela menjadi kentut.
alangkah indahnya.

itulah mengapa saya kadang berpikir untuk tidak kentut sesudah saya 'nabung'
supaya kentut saya bau.
supaya perasaan si angin tak hampa
hampa karena terpisah dengan sahabatnya.


saya akui, saya ini memang hebat.
di dalam diri saya, ada persahabatan
persahabatan yang katanya siapa itu, mirip kepompong.




Misteri alhamdulillah bukan WTC Mangga Dua

Q33 NY

Yaya… saya ini penakut. Saya terima pesan offline dari teman saya. Katanya coba ketik Q33 NY di Microsoft word, trus diperbesar sampe 48pt. Selesai itu, ganti font-nya jadi Wingdings.

Awalnya saya merasa ketakutan setengah gila. Judulnya misteri terorisme di WTC itu. Saya bingung tapi nanggung. Pengen tau. Akhirnya saya telpon teman saya yang siapa lagi dan bukan siapa, Karina. Iya. Itu saya coba telpon dia. Saya suruh dia ikuti instruksi saya.

Deg-degan saya menunggu hasilnya. Saya Cuma takut yang keluar nanti bukan pemandangan yang enak dilihat. Seperti hantu-hantuan misalnya.

Tapi kata dia, ada gambar pesawat, gedung, lambang orang meninggal dan lambang apa itu. Aliran sesat kalau tidak salah. Kalau salah, saya benar-benar minta maaf. Atas nama Allah, eh jangan ding, ini kan kesalahan saya masa saya bawa-bawa Allah. Yaa, atas nama teman saya si Karina aja deh. Saya minta maaf sekali, begitu. Anggap saja perjalanan TK sampai kuliah ini hanyalah halusinasi yang menyebabkan saya seperti orang yang kurang berpendidikan, begitu.

Setelah saya tau, yang keluar Cuma itu, saya langsung buka Microsoft Word. Langsung liat dengan biji mata saya sendiri mengenai kebenarannya. Oh, Bill Gates. Apa yang kau lakukan sampai buah karyamu ini mengandung misteri?
Wingdings itu fungsinya apa?




5 Negro di Negri Indonesia

"No..No!" saya ucapkan sambil geleng2. bukan. bukan ajojing. saya geleng kepala, geleng tangan. dengar2 begitulah cara kaum kita menolak.

Dia itu. betul, yang itu. tadi colek tangan saya pakai telunjuknya. dia bicara Inggris sambil melaju. apa? apa kamu bilang? saya tidak mengerti dan bersyukur saya tidak mau mengerti. pokoknya saya geleng2.

dia berdua dengan sesamanya. Ampun. dari tadi temannya itu liat2 saya. saya tau, mungkin saya ini mempesona. meski ada jerawat tumbuh di pipi kanan saya. meski saya gak perlu pakai susuk berlian supaya terlihat menarik.

saya sendiri gak pernah merasa cantik. cantik, sampai saya harus kasi tau orang2 di facebook tentang betapa mempesonanya saya meski sedang berjerawat. cantik, sampai saya musti pamer kalau tadi ada bule-tidak-putih yang mencolek saya.

toh, saya tidak bangga dicolek laki2 yang bukan pacar saya. meski pacar saya juga tidak putih. dan terima kasih Tuhan, dia juga bukan bule.

kemarin dulu, yang artinya kemarin,kemarin,kemarin,ke
marin, ada juga 2 orang bule-tidak-putih yang dari jauh liat2 saya. aih, apa sih mas?

lalu... tentu saja saya musti melewati mereka. bukan, bukan. bukan sengaja. suer deh... saya memang harus ke arah mereka.

"Wow, you sexy.." Kata salah satunya sambil merentang tangan.

waduh? saya mengerutkan alis & memiringkan bibir. apa-apaan.

Lusa dulu, yang artinya lusa,lusa,lusa,lusa, seorang bule yang berwarna sama berdiri anteng nunggu giliran masuk lift. saya datang. bukan. bukan mendatanginya. tapi datang. iya, datang. tidak sendiri. dengan shalita, teman saya. saya & dia ada perlu. bukan. bukan ada perlu sama bule itu. kami berdua ada perlu sama lift. mau ditumpangi.

Tungg! lift berbunyi & mangap. minta disesaki. sialnya saat ini cuma ada saya, shalita & bule. jadi gak perlu nempel2. saya, shalita dan bule masuk.

saya diam. liat lantai, liat LCD. shalita juga diam. saya gak mau tau dia liat apa.

"Do You Live Here?"
Hah? bule itu lihat saya. ajak saya bicara. oh mungkin dia nyasar. mau tanya jalan sama saya. dikiranya saya ini satpam, mungkin.

"No, I'm just practicing for my theater."

Halah. bicara macam apa itu. yah, itulah. kan dia bisa maklum. lidah ibu saya beda dengan ibunya.

Tungg! lift mangap. saya yang pencet dia tadi. saya mau keluar di lantai 2 ini.

"can you give me your phone number?"

Hah? kaki saya sudah melangkah. tapi ibarat nonton DVD, saya pause. siapa itu? siapa yang pencet remote-nya?

"No.. Eh.."

Lah. Saya bingung. apa-apaan. kenapa mau nomer saya? kalo nyasar, jangan telpon saya dong. nanti saya repot.


*sama sekali bukan bermaksud rasis. tapi saya bingung jelasinnya kalo gak begitu. minal aidin, ye.



Compang Camping Kuacak-acak Otakku
Yesterday at 5:35pm
“Compang camping kuacak-acak otakku, kamu tetep aja ga ada. Sembunyi dimana sih?”

Bagai terbakar bulu hidung,bau sangit, saya mencari HP di sekujur tas saya, namun tak kunjung dia menyahut dalam pikiran saya untuk kasi ingat bahwa saya lupa bawa dia pergi.

Memang Cuma sepersepuluh jalan yang baru saya lewati setelah antar barang untuk kembali diantar oleh kilat, tapi itu lumayan. Lumayan dalam ukuran Depok-Jakarta. Sepersepuluh jalan tidaklah sedikit. Membuat saya baru sampai di rumah untuk jemput hape, pada pukul 13:40. Dan kuliah mulai pada muka jam 15:00.

Itu hanyalah 80 menit, waktu perjalanan yang saya miliki untuk sampai di London—London School of PR Jakarta. Sedangkan perjalanan yang saya butuhkan dengan membawa ngebut mobil saya secara membara, adalah 120 menit. Akan tiba saya di kampus pada pukul 15:40 dan kuliah berakhir pada 16:30.

Maaf bu Dosen, hidup ini memang begitu. Muridmu ini hanya tak ingin kau anggap malas karena datang telat. Lebih baik tak datang dan bilang diri ini dirundung sakit ringan, yang akan berat jadinya jika dipaksakan berangkat ke kampus. Jadi kau anggap aku ini penyakitan dan malah kasihan dan malah bantu saya dalam belajar dan malah beri saya perhatianmu



CERITA YANG AWAL DAN UJUNGNYA TAK BERSAHABAT
DEAR DIARE,

Saya beruntung teman saya cuma sedikit. Bikin saya gak perlu setiap hari datangi acara kondangan. Diri saya inilah yang saya sesali punya kekurangan macam kalap makan gubuk di acara kawinan.
Setiap datang kawinan, saya pasti lirik gubuk. Ada zuppa soup, poffertjess, kambing guling, sate ayam, siomay, es krim, spagheti, dan susah disebutkan memang karena terlalu banyak dan terlalu boros, saya pikir.

Strategi saya hanya makan gubuk. Rencana saya cuma itu. Tapi kata siapa itu, adalah itu dendeng balado khas opa saya, Padang. Saya lari menuju prasmanan. Jadilah hari itu saya menyiksa perut dengan merasuki makanan ke dalamnya. Dan bukan hanya hari itu aja ternyata. Hari esok, hari nanti, ketika undangan mampir lagi ke rumah, saya kembali merasuki perut bawah sadar saya untuk menampung sejumlah makanan gratis yang all-you-can-eat.

Hari ini malam sudah. Saya mengetik di laptop baru saya yang berwarna kuning bagaikan salah setokoh Transformers. Mata saya sudah perih. Lampu di luar kamar saya sudah mati tak berdaya. TV juga sudah pasrah seperti halnya lampu. Indovision tak lagi hijau, namun merah. Ia juga telah mati.
Bicara hijau dan merah. Saya masih bingung kenapa tanda mati atau berhenti itu merah, hijau tanda hidup atau jalan.

Apa si pembikin ini baru nonton film Saw sampai-sampai terpengaruh memberi warna merah lambang darah pada setiap tanda mati? Seperti halnya nilai merah di rapor-mu. Itu tanda mati. Matilah kau, pulang nanti kau dimarahi pengasuhmu.

Tapi saya pikir adalah salah jika membawa-bawa film Saw dalam kondisi ini. Omong-omong lagi, kenapa film Saw gak bercerita tentang Islam ya? Saya merasa ditipu. Isinya malah orang-orang mati. Mana nabi Muhammad Saw?

Putar lagi ke warna merah dan Saw. Jauh sebelum pikiran membuat film darahisme ini tiba, merah sudah menetapkan diri sebagai tanda mati. Meski tidak resmi.

Lalu mengapa pilih merah? Mengapa bukan nila? Mungkin karna saya tidak tau seperti apa warna nila itu. Mengapa bukan pink? Mungkin karna tidak ingin menyaingi ketenaran pinky boy.
Entahlah. Lalu mengapa hijau tanda hidup? Saya setuju sekali kalau alasannya berpacaran dengan penghijauan. Kalau kita rajin menghijaukan bumi, maka kita hidup. Disitulah saya setuju.
Jadi mengapa merah, mengapa hijau?

Apa hubungannya dengan Saw?
Coba tanya Mister Ketik Reg Spasi Weton. Siapa tau anda tidak cocok menjadi petinju, Chris John.


>>>


Survey buat nambah penghasilan